Tuesday 8 March 2016

Ahok Emang Tolol

Hasil gambar untuk ekspresi ahok tolol    Riduan Situmorang--Aku bisa klaim, kalo orang paling tolol di bursa Cagub DKI adalah Ahok. Benar-benar tolol. Dia tak mengerti gimana merebut pasar. Dia tak tahu berpolitik. Tapi, kok, terjun ke dunia politik ya? Tapi, sudahlah, Oppung Napoleon Bonaparte pernah bilang bahwa kebodohan bukan rintangan dalam berpolitik.

Hmmmm. Mestinya Si AHok tolol ini baca buku Oppung William Randolph (penguasa lahan Virginia abad ke-17). Oppung ini ngasih saran kalo politikus itu adalah mereka yang melakukan apa aja untuk mempertahankan kursi goyang, termasuk melakukan hal-hal yang patriotik. Nah, Ahok? Kata politisi PDI-P, dia malah menyingkirkan orang-orang yang mendukung. Oh, Ahok!

Kenapalah kau, Hok ga ngikut Ahmad Dhani? Biar tau aja, dia itu kucar-kacir cari dukungan. PD kali malah. Katanya dia pake otak kanan. (menurutku sih, ga pake otak, tapi itu bukan masalah). Dia katanya mau buat Jakarta menjadi The Soul City. Kerenkan? Udah, ga usah pikirini gimana dia bikinnya. Kan dia berfantasi. Yang pentingkan omongan dulu.

Nah, kenapa pula Kau ga nyontek Haji Lulung? Meski linglung, dia paham mencari simpati. Dia ga suka ucapin kata-kata kasar. Ga mau bilang taik. Bagi Lulung, taik itu bolu bungkus. Lebih lagi, haji linglung, oh, salah, kok saya pula yang linglung ya? Haji Lulung itu sopan. Ga seperti Ahok. Sukanya ngumpat-umpat. Soal hati, ya, nanti dulu. Yang penting jualan kosmetiknya dulu.

Yusril beda lagi, Hok. Dia jenius. Ahok pasti tau kalo kemarin dia masang wajah imut-imut. Dia berunyu-unyu ria di pasar. Beli bumbu. Beli ikan. Foto-foto selfi dengan mamak-mamak. Pake baju kaos Micky Mouse. Ih, imutnya. Kenapa ga tiru mereka, Hok?

Hmmmmm, Ahok. Dasarlah kau emang. Ga tahu cara merebut pasar. Biar tau aja, banyak yang benci ama elu. Rame. Hampir semua partai. Saking bencinya, mereka mau dorong Pranowo, Ridwan Kamil, Bu Risma. Tujuannya satu Hok. Membangun Jakarta? Ah, jangan terlalu jujur. Mereka hanya ingin menjegal dan menjagalmu.

Liat itu PDI! Mereka itu kerumunan. Ibarat Ormas. Mereka itu bus. Kalo mau jadi Cagub, kau harus numpang bus. Jangan jalan kaki. Bayar? Ya, emang. Harus bayar dung. Mana ada yang gratis. Bayarannya apa? Patuh. Taat. Disuruh-suruh.

Statusmu nanti jadi petugas partai. Pesuruh. Ngantar kopi, ngantar kue, ngantar ini-itu. Capek emang. Tapi, posisimu kan jadi Gubernur di mata orang. Udah gitu, kau jadi anak kesayangan. Makin kesayangan lagi kalo kau bisa ambil duit negara untuk partai. Ih, dipuja-pujalah kau Hok.

Bukan seperti sekarang. Banyak yang benci. Tengok, udah mulai diumbar-umbar kalo kau itu anak angkat.

Eh, memanglah kau, Hok. Kau itu orang durhaka. Kau ga sadar posisimu. Udah dibesarkan kau jadi Gubernur, kau lupa daratan pula. Kau harus memuja mereka. Sesekali jangan jadi anak durhaka, napa Hok?

Ayo, peluk lagi tu Bu Mega. Sembah sujud dan cium pipinya. Sama anak-anak lainnya beri tabik. Sopan. Sebut mereka bolu bungkus, jangan taik. Ya, aku tahu, mereka umumnya taik. Tapi, jangan jujur, Hok. Jangaaaaaaan! Jujur itu lebih kejid dari pembunuhan.

Oh, ya, Hok. Kau nonton gerhana matahari? Seperti  itulah posisimu sekarang. Kau sedang berada berderet dengan partai dan Teman Ahok. Teman Ahok ada di seberang sana dan kau di seberang sini. Persis di tengah-tengahmu ada banyak partai. Seakan mereka mendukungmu.

Tapi, itu seakan. Jangan puas dulu! Mereka akan benar-benar mendukungmu kalo kau jadi anak yang patuh. Supaya mereka mendukungmu, ah, itu dia. Patuh. Patuh. Patuh. Coba Yusril, Dhani, Lulung, dan sebaginya-dan sebagainya mendapat posisi ueenak sepertimu. Jamin, mereka akan manggut-manggut. Bukan seperti Ahok. Sok jagoan.

Ah, sudahlah. Ahok emang bebal. Ga enak ngebahasin Ahok. Ga keren. Jujur deh, ga ada orang sebebal kau. Bahkan Jokowi sekalipun. Kalo ga salah, Ridwan Kamil disuruh Mas Prabowo biar maju di DKI. Tapi, Kang Emil urung ke DKI karena dibujuk Jokowi. Padahal Jokowi ada di PDI, sedangkan Kang Emil di Gerindra. Itu artinya Ridwan Kamil lebih patuh pada Jokowi ketimbang Mas Prabowo yang ada di Gerindra.

Dalam hal ini, Hok, kau sama si Ridwan Kamil. Cuma, kau lebih bebal. Arogan. Sok berani dan lalu ninggali Mas Prabowo. Sekarang? Eh, kau mengancam Bu Mega. Pak Jokowi aja ga pernah melawan Bu Mega. Padahal Pak Jokowi itu presiden dan dia ada di PDI. Nah, kau, Hok? Kau Cuma sendiri. Ga di partai. Kok berani pula kau melawan Bu Mega. Apa maksudmu biar lebih jago dari Jokowi, ya?

Tapi sudahlah Hok. Itu terserahmu mau bebal dengan ketololanmu atau tidak. Itu hakmu. Apa pula hakku mengaturmu ke busku atau tidak. Masih banyak kok penumpang di sana yang mau berani bayar lebih mahal. Kau? Kau hanya minta gratisan. Udah jalan kaki aja sana dengan ketololanmu.

Oh, iya, Hok. Nanti, kalo pas pemilihan bilang ya. Milih itu di bus atau di jalan? Orang-orang pada naik bus atau jalan kaki? Lalu, siapa tahu, bus kami kelewatan. Kelewatan pula, eh, malah jatuh ke jurang. Cepat panggil warga untuk menolong kami, ya. Biasanya soalnya kalo kami lagi di bus, kami sibuk cari tempat tongkrongan untuk ngehabisi duit. Sibuk tanda tangani ini dan itu kalo kami menang.

Selamat tinggal Ahok. Kami jalan duluan ya. Nikmatilah ketololanmu di sepanjang jalan
Riduan Situmorang
Pencinta Humor yang Tak Lucu 

0 comments: