Tuesday 15 March 2016

Aku Kristen Dukung Yusril......

Riduan Situmorang--Agama sudah jadi kacang rebus (untung bukan kacang goreng!). Diperjualbelikan di mana-mana, diobral di mana-mana. Pokoknya, jadi barang dagangan murahanlah di mana-mana. Lihat itu di DKI. Ada yang bilang, “Saya Muslim Pilih Ahok”. Dibalas lagi, “Saya Kristen Milih Yusril”. Eh, ada lagi yang usil, “Saya anak Ahmad Dhani ga mungkin pilih Ahok”. Emangnya lu siapa?
Weleh weleh weleh. Ini gejala apaan? Mana Hindu? Mana Konghucu? Mana Budha? Mana aliran kepercayaan? Ayo, muncul dong. Ramekan jualan ini! Ini bukan negeri mereka aja!

Entahlah ini gejala apa. Yang pasti, saya bingung. Kita ini lagi beribadah atau kampanye? Kita ini lagi milih pemerintah atau pemimpin agama? Kita ini lagi milih agama atau amanah? Ini apa?

Soal milih-milih ini, kita memang selalu dibikin sibuk. Selalu begitu dan begitu selalu. Ayat-ayat suci menjadi alat penjegal, bahkan penjagal yang sah. Sebutan-sebutan penghinaan menjadi bagian dari trik. Itu dilarang, tetapi semua orang melenggang. Ada yang bilang, jangan pilih yang kafir, tetapi pilihlah yang saleh? Ini pasti akan dibalas lagi.

Nah, sebelum dilanjutin, mari kita tanya: apa itu kafir? Apa itu saleh? Apa pula pertanda seseorang itu kafir? Mana pula yang jadi bukti kalo orang saleh? Apakah hanya karena dilahirkan sebagai muslim atau kristen, maka mereka kafir? Emangnya kafir itu penyakit keturunan? Lalu, hanya karena sering ke masjid atau gereja, maka mereka saleh? Sedangkal itukah pengertian saleh?

Sembari saya berpikir, mau lanjutkan tulisan ini, saya memilih menyicil memakan gorengan di depan. Tadi gorengan ini bertumpuk, tapi sekarang sudah tinggal satu. Aku takut, dari tadi kawan-kawan sibuk berdebat ini-itu, tetapi mulut dan tangan mereka lebih sigap mengunyah. Dasar! Saya tak biasa kalah dalam urusan makan. Maka itu, saya sudah tengok-tengik dan targetkan satu bakwan seski yang ngangkang di sana.

Nah, ketika tangan mau menjemput bakwan seksi, seorang teman bilang kalo-kalo tradisi memilih ini sudah ada sejak dari zaman Tuhan. Saya terperanjat: betulkah? Oh, seketika saya bertanya, bakwan seksi sudah keburu diambilnya. Kurang ajar, ini bagian dari trik. Mengalihkan perhatianku dari sebuah isu hebat hanya untuk satu bakwan seksi. Inikah yang terjadi di DKI?

Daripada kalah total, saya tanya: apa alasanmu mengatakan kalo urusan pilih-memilih ini sudah ada dari zaman Tuhan. Sambil mempertontonkan rahangya mencabik-cabik bakwan seksi (saya menelan ludah, ngiler abis), dia bertanya: “apa kau pikir Yesus itu bukan pilihan?” Saya mengangguk, tetapi memasang wajah penasaran. “Nah itu dia” katanya sambil pergi keluar. Rupanya bakwan sudah habis dan dia pergi begitu saja. Yang lain mengikuti. Saya kalah total. Bakwan habis pertanyaan menggantung.

Di mejaku sekarang hanya ada air putih, di sampingnya ada cuci tangan. Saya sempat hampir minum cuci tangan itu. Tetapi, syukur, cepat-cepat aku sadar.

Dengan minum air putih, saya coba menyelesaikan jawaban itu. Imajinasiku terlempar-lempar entah ke mana. Apakah Tuhan itu sejenis bangsa yang hebat yang mengontrol semesta ini? Lalu, ketika semesta sedang sibuk ribut, maka bangsa Tuhan mulai pusing? Sebelum semesta ambruk, apakah bangsa Tuhan mengadakan pemilihan tentang siapa yang turun duluan atau mengutus, atau pula memilihkan salah satu manusia sebagai pembebas yang kelak namanya di kita nabi?

Pada Yesus, misalnya. Apakah mereka sibuk dulu mengurusi tentang siapa wanita yang akan mengandung-Nya? Perempuan dari Yahudi atau dari Batak? “Ah jangan. Kalo dari Yahudi nanti anaknya jadi terlalu cerdas. Dari Batak aja.”

“Eh, jangaaaan. Kalo dari Batak, nanti Yesusnya malah harus sowan ke Tulang, ke Dongan Tubu, dan suka-sukanya pula menyuruh Boru. Yesus jadi pengacara pula nanti, atau bahkan ikut kontes Indonesia Idol, kan ga lucu! Iya, kalo lulus seleksi, gimana kalo sibuk main leng atau marmitu aja di kedai tuak sama kedua belas murid-Nya itu?” Semacam inikah alotnya perdebatan di Bangsa Tuhan kala itu?

Atau, ketika harus memilih apakah wanita itu perawan atau bekas prostitusi? Jangan prositusi, nanti Yesusnya dicacimaki manusia dan disebut sebagai anak jalang. Dari perawan aja, biar suci. Lalu Bangsa Tuhan yang lain mengusik dan berkata,”Gini Bro, nanti manusia pada sibuk dan bertanya-tanya,darimana nalarnya manusia lahir dari seorang perawan? Jadi kita pilih dari wanita yang bekas-bekas aja”

Bangsa Tuhan lain lalu menimpali dan sedikit meremehkan, “Santai aja. Emangnya manusia sana pada mikir. Otaknya ada, tapi apa itu digunakan?” Bangsa Tuhan lain menjawab, “Mereka itu para pemikir lho. Sehingga apa-apa yang kecil pun sibuk dibahas.”

“Baiklah, kalo begitu, karena mereka para pemikir, mari kita buat Yesus ke rahim seorang perawan. Tujuannya, agar mereka mikir?” “Lho, emangnya ini masuk akal, Sob?” tanya bangsa Tuhan lainnya. “Biar aja, biar mereka itu tak sok pintar. Pikiran itu bukan tentang masuk akal atau tak masuk akal. Emangnya asal apa yang bisa kita buat maka mereka bisa buat pula. Kita ini Bangsa Tuhan. Ga level sama pemikiran manusia kales”. Ah, kales? Ciye, ciye, ciye, wah, Bangsa Tuhan gaul juga ternyata.

Akhirnya, mereka sepakat, Yesus dititip pada rahim seorang wanita-perawan. Masalahnya, sekarang, di mana Yesus itu dilahirkan. Di kandang atau di hotel?

“Jangan di kandang, Bro. Nanti Yesus dianggap hina” Bangsa Tuhan lain langsung menjawab, “Kau ini apaan, sih? Emangnya segala penghinaan dari mereka akan mampu menghina kita? Kita ini mahabesar dan mahaagung. Penghinaan dari mereka justru untuk mereka juga. Yang ada, kalo kita bikin di hotel, itu baru penghinaan. Darimana uangnya. Kita bukan kek anggota DPR yang bisa korupsi.”

Bangsa Tuhan lain bingung. Setelah ditanya, ternyata dia tak tahu apa itu DPR. Kenapa kira-kira ga kenal sama DPR? Apa nama mereka ga ada di Bangsa Tuhan? Eh ga tahu saya. Coba Komisi III nanti ngundang bangsa Tuhan dulu!

Hehehehe, apakah pemilihan seperti ini yang berlaku pada Nabi Muhammad, pada Abraham, pada Nuh, pada Budha, pada ini, pada itu? Lalu, tiba suatu masa karena sibuk berdebat maka para Bangsa Tuhan berantam dan berkampanye. Jangan pilih ini, dia itu kafir, pilihlah yang ini, dia itu saleh. Kenapa kafir, Dia itu kan Budha? tanya Bangsa Tuhan lainnya. Emangnya kau beragama Budha? Jawab Bangsa Tuhan yang entah mana lagi. Bangsa Tuhan yang tadi lalu malu-malu. Dia lupa kalo dirinya tak pernah beragama.

Lha, kalo Bangsa Tuhan saja tak beragama, kenapa manusia pada sibuk beragama? Eh, kelupaan rupanya agama adalah barang kacang rebus. Agama hanyalah organisasi. Semacam Ormas, cuma lebih keren karena ADRT-nya disebut Kitab Suci. ADRT ini suci sekali sehingga tak bisa direvisi oleh DPR. Paling, cara merevisinya, para anggotanya sibuk menerjemahkan sendiri. Disebutlah kalo ga begini maka dia kafir, kalo ga begitu dikatai dia jahiliah, kalo dia begono, eh, dia itu murtad. Macam-macam sebutannya.

Tiba-tiba, ketika imajinasiku melebar-lebar, seorang kawan pemangsa gorengan datang dan berteriak, “Saya Atheis milih Tuhan?”

Ah, ini dia kesempatan. Kini giliranku bertanya. Ini tak boleh gagal. “Woy, Bro, kau atheis, kenapa milih Tuhan?” “Karena atheis juga manusia pilihan dan ciptaaan Tuhan!” jawabnya enteng.

“Maksudmu, yang Kristen boleh milih Yusril atau Lulung? Dan yang Muslim bisa pilih Ahok?”

Dia balik bertanya, “Siapa itu Yusril dan Lulung?” Kubalas lagi, “Siapa itu Ahok?”

Dia menggeleng kebingungan. Kujelaskan padanya kalo mereka ini lagi sibuk berkelahi urusan ke DKI yang sampai-sampai bawa nama Tuhan. Dengan singkat dia bilang, “Oh, kalo mau jadi pemimpin, ya, jangan muncul dan bangun citra dari sekarang. Emanya mi instan, Maunya dari dulu!” “Maksudmu Ahok dari dulu bangun pencitraan?” “Bisa jadi,” jawabnya enteng lagi. “Lalu, para penantang Ahok sejak kapan bikin pencitraan dan mana karya mereka?”

Dia pergi gitu aja sambil bawa gelas tanpa memedulikan pertanyaanku. Dasaar! Ya, kami memang biasa minum dari cangkir yang sama.
Kali ini, aku tak mau lagi mikir. Capek berimajinasi dan saya mau tuntaskan dengan menghabiskan air minum. Gelasku tadi mana. Dan, apa yang barusan saya minum? Kurang ajar. Saya kalah total hari ini! Ini gegara isu SARA yang bodoh di atas dan saya jadi tumbal minum....ASU DAHLAH
 
Riduan Situmorang
Pencinta Humor yang Tak Lucu 

0 comments: