Rangkaian perayaan tersebut bagi umat Katolik merupakan sebuah ungkapan dalam sebuah perayaan yang menjadikan pertobatan manusia bahwa Yesus Kristus adalah seorang juru selamat yang membebaskan manusia dari segala dosa dan misteri paskah ini merupakan berkat dari Allah Bapa dalam sabda yang menjadi daging, yang wafat, dan bangkit untuk menebus dosa-dosa umat manusia.
Dalam Kompendium Katekismus Gereja Katolik dinyatakan bahwa Iman adalah keutamaan adikodrati yang mutlak bagi keselamatan. Iman adalah anugerah cuma-cuma dari Allah dan tersedia bagi manusia yang dengan kerendahan hati ingin mencari.
Iman mempunyai dasar pada sabda Allah karena iman dapat menimbulkan ”kasih’’ sebagai perwujudan kecintaan manusia kepada Tuhan dan kecintaan terhadap sesama manusia. Iman akan berkembang terus-menerus dengan mendengarkan sabda Allah dan doa. Dengan iman manusia akan mencecap kebahagiaan dan kegembiraan surgawi. Paskah yang dilambangkan dengan wafat dan kebangkitan Yesus Kristus merupakan jawaban dan tindakan nyata dari Allah kepada umat yang beriman.
Kematian di salib adalah bentuk kecintaan Allah kepada manusia sebagai ciptaan- Nya yang paling sempurna. Paskah merupakan perayaan iman bagi umat Katolik yang di wujudkan dengan mengungkapkan, menghayati dan saling berbagi kebenaran dalam hidup di tengah masyarakat bersama dengan umat beragama lain.
Dalam merayakan Paskah umat katolik diuji keimanannya, karena dengan wafat dan kebangkitan Yesus Kristus iman kita semakin didewasakan dalam menghadapi perubahan jaman yang serba ”instan’’. Dengan Paskah iman kita semakin diteguhkan bahwa Yesus Kristus adalah juru selamat umat manusia yang membebaskan dari segala kedosaan umat beriman.
Martabat Manusia
Martabat pribadi manusia berakar pada penciptaannya menurut gambar dan rupa Allah, dilengkapi dengan jiwa yang spiritual dan pribadi manusia terarah kepada Allah dan dipanggil untuk kebahagiaan kekal dalam jiwa dan raga manusia. Misteri Paskah merupakan puncak penyelamatan martabat manusia sebagai ciptaan Allah yang luar biasa dan kebebasan manusia dari maut.
Karena kebebasan itu sendiri adalah kemampuan manusia yang diberikan Allah untuk bertindak atau tidak bertindak, untuk melakukan sesuatu akan dipertimbangkan dan atas tanggung jawab secara pribadi. Semakin seseorang melakukan yang baik semakin bebaslah dia.
Martabat manusia mencapai kesempurnaan jika diarahkan kepada Allah, kebebasan juga berarti kemungkinan untuk memilih antara yang baik dan jahat. Dalam Paskah martabat kemanusiaan Yesus dikorbankan untuk mengangkat martabat manusia umat beriman bebas dari segala dosa, inilah makna Paskah yang terdalam.
Karena dengan mengangkat martabat manusia niscaya kesejahteraan umat manusia baik pribadi dan kelompok akan terwujud Kasih Allah yang mengejawantah dalam diri Yesus yang dimaksudkan agar semua orang mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan (Yoh 10:10). Cita-cita Keuskupan Agung Semarang yang dirumuskan dalam RIKAS (Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang) 2016 – 2035 terwujudnya peradaban kasih dalam masyarakat Indonesia yang sejahtera, bermartabat dan beriman.
Cita-cita yang sungguh luhur tersebut haruslah dijiwai dengan semangat rela berkorban dan gotong royong sesuai dengan teladan Yesus yang dirayakan dalam misteri Paskah yaitu rela wafat untuk menebus dosa manusia dan mengalahkan segala bentuk kejahatan.
Dengan semangat rela berkorban dan gotong royong kita tidak memandang perbedaan apapun baik dalam membangun kebersamaan dalam masyarakat maupun sikap kerelaan menolong sesama. Peradaban kasih adalah kebudayaan yang telah mencapai taraf tinggi dan kompleks yang dilandasi dengan kasih.
Paskah sebagai misteri agung dari puncak keselamatan manusia atas dosa yang di lambangkan dengan kematian Yesus, kalau kita lebih dalami bahwa Allah ingin mengajak umat manusia untuk meneladan Yesus yang telah memiliki dan mencapai peradaban kasih. Yesus rela mengorbankan diri wafat dan akhirnya bangkit dari kematian semuanya itu dilandasi dengan kasih-Nya kepada manusia.
Semoga dengan misteri Paskah ini iman kita semakin dewasa, martabat manusia semakin ditinggikan dalam menghadirkan peradaban kasih bagi sesama dan masyarakat Indonesia.
Ignatius Dadut Setiadi
Suara Merdeka, 24/03/2016
Anggota The Soegijapranata Institute Unika Soegijapranata Semarang
0 comments:
Post a Comment