Sunday 6 March 2016

Nabi Muhammad dan Bunda Teresa yang Ga Masuk Surga

Hasil gambar untuk neraka    
Riduan Situmorang-- 
Tampaknya Tuhan udah betul-betul mati, Sob. Persis seperti yang dibilang Om Friedrich Nietzsche. Ya, Tuhan sudah mati. TITIK! Jangan bangunkan. Nanti Dia marah. Orang lagi mati kok dibangunkan, emangnya lagi tidur? Aneh!
Oh, iya, saya pernah terheran-heran dan terkaget-kaget. Seorang teman, kebetulan dia seagama dengan saya, Kristen. Dia pernah bilang kalo Nabi Muhammad tak bakal masuk surga. Hmmmmm. “Kenapa?” Saya tanya!

Entah karena marah atau karena tak mandi seharian, teman itu sedikit gusar. Matanya berkilat-kilat, oh, kalo yang ini sudah pasti bukan karena ga mandi. Tapi, ya, saya santé aja. Konon, beginilah diskusi kami.

“Kau percaya gak sama Yesus?” Dia memulai dengan tak sabar. Saya mengangguk. Dia belum puas. Dia tanya lagi, “Menurutmu, siapa itu Yesus?”

“Anak Allah. Anak Allah Tritunggal” jawabku.

“Itu saja?” Dia sudah mulai membentak. Nada suaranya mulai bergetar. Saya, tetap, seperti tadi santé saja.

 “Ya, Dia itu Tuhan. Dialah segalanya” ucapku sekenanya.

Dia mengangguk. Wajahnya mulai berseri, tapi belum puas. Maka, diambilnya kutipan dari Kitab Suci Injil Yohannes. Bunyinya begini, “Akulah jalan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa kalu bukan melalui Aku.”

Dari naskah itu, dia mengambil kesimpulan dan saya sepaham bahwa Yesus itu memang pintu dan muasal dari kebenaran.

Sebelum selesai, apalagi karena wajahnya sudah mulai berseri, saya beranikan lagi bertanya, “Bro, Nabi Muhammad itu bakal masuk surga, ga?”

Tampaknya pertanyaanku ini sadis. Dia marah dan sedikit kesal. Maksudku, dia sangat kesal. “Apa arti Injil yang kubacakan tadi?”

“Artinya, tidak ada orang yang bisa masuk surga kalo bukan melalui Yesus”

“Jadi, kenapa kau bertanya Nabi Muhammad masuk surga ato ga?”

“Saya mau tau aja, Bro” masih kusempatkan tertawa.

“Kalo pikiran dan logikamu jalan serta hatimu terbuka, jelaslah kalo Nabi Muhammad itu tak masuk surga!”

“Kenapa?” tentu saja pertanyaan ini tak jadi kutanyakan. Sebab, aku udah tahu apa jawabannya. Yang pasti, saya menggerutu dalam hati, apa aku benar-benar idiot sehingga logika tak jalan atau tak bermoral sehingga hati tak terbuka? Tapi sudahlah.

Hmmmm, saat itu, sebelum topik benar-benar selesai, kuberanikan juga bertanya lagi, sedikit kuatir, sih. “Bro, tapi orang Islam yang tak akan masuk surga itu tak setuju kalo Yesus itu Anak Allah”

“Kenapa?” Dia bertanya.

“Sebab, bagi mereka, Allah itu tak memperanakkan.”

“Betul!”

“Lha, kalo betul, berarti Tuhan kita salah dong. Kan, Yesus anak Allah?” saya bilang dengan suara halus. Takut emosinya melonjak.

Tapi, percuma saja suaraku halus karena memang, dia sudah emosi.

Ah, hari itu kuputuskan untuk tak melanjutkan debat gila itu lagi. Saya hanya mengangguk-angguk. Dia menasihatiku ba bi bu, tralala, tralili, tralulu. Dia mungkin kelupaan kalo Allah itu maha besar. Dia bisa melakukan apa-apa saja. Bisa membuat diri sebagai Anak, sebagai Bapa, sebagai Putra, bahkan sebagai manusia, padahal itu cuma Dia yang berganti wujud. Kan mahabesar?

Kesimpulannya saat itu, Nabi Muhammad tak masuk surga. Kami jadi Tuhan. Suka-suka bilang kalo ini itu ga masuk surga. Kalo ini masuk neraka. Hmmmm, enaknya jadi Tuhan. Terus terang saja, saya merindukan seseorang bertanya kepadaku, yang ga berhijab masuk surga atau ga? Karena, pertanyaan seperti itu otomatis membuatku jadi tuhan yang bia menghakimi Nabi Muhammad tak masuk surga.

Kini hal serupa juga terjadi di Jakarta. Ini perkara Ahok mau jadi gubernur, orang-orang pada rame berantam. Kembali dalil agama enak untuk digoreng. Bumbunya politik. Garamnya cibiran. Konsumennya kita. Dibilanglah kalo Ahok ga bisa menjadi Gubernur. Ga pantas seorang nonmuslim menjadi pemimpin. Itu tak sesuai aqidah. Itu akan menyesatkan dan itu dilaknat Allah.

Singkatnya, Ahok itu kafir. Ga bakal masuk surga. Meski berbuat baik, dia tetap ga akan masuk surga. Sudah haram sejak dari sononya.

Sejujurnya, saya mau marah. Kok Ahok yang sama seperti saya dibilang ga bakal masuk surga? Apa itu artinya kalo aku menjadi Muslim maka aku masuk surga yang walo tetap tak becus, suka main perempuan, minum-minum dan mabuk-mabuk?

Apa muslim itu semacam password mau masuk surga? Apa Tuhan itu tak tahu membaca buku sehingga hanya bisa melihat sampulnya yang berkemilau-kemilau? Apa Tuhan itu mau tertipu dan melupakan ketulusan seseorang menegakkan keadilan, memberantas pencurian, menyalurkan kasih?

Ah, sudahlah. Tak baik marah. Kalo aku marah, sama saja aku mengakui kalo mereka adalah Tuhan, seperti yang kami lakukan jauh-jauh hari bersama kawan tadi. Maka itu, aku lebih baik tertawa.

Emang, enak sekali kalo berjumpa sama orang yang berpemikiran sempit. Bahasanya akan emosional. Kata-kata jadi bergairah. Intonasi lekat-lekat. Mimik kongruen disertai gerak tubuh kita yang bebas bergerak. Kadang melotot, mengancam.

Ya, pemikiran mereka, orang-orang berpikiran sempit ini, memang sangat tajam. Tajam setajam-tajamnya. Karena tajamnya itulah sehingga mereka bisa membuat referensi sebanyak mungkin.

Begitulah pemikiran sempit. Kita mendoyaninya dan kita terpikat padanya. Sejak dari dulu kita memang sudah diajarkan begitu: menjadi orang yang berpemikiran sempit!

Betapa tidak! Lihat saja, misalnya, kalo ngerjakan skripsi, udah beratus-ratus SKS pun kita jalankan, toh, yang meluluskan hanya skripsi. Judulnya pun disempitkan. Objeknya diminimalkan. Referensinya diperbanyak.

Cuma itu, kalo berpikiran sempit, semacam skripsi tadi, kita hanya mengambil data-data yang relevan. Kalo data itu bertolak belakang, itu ga bakal diambil.

Maka itulah, kawan saya tadi. Dia hanya mengambil data-data yang senapas dengan Injil Yohannes tadi. Dia lupa kalo di bagian lain, Yesus juga bilang kalo Dia itu kasih, cinta, deretkan lagi. Bukankah itu artinya kalo yang muslim, tapi punya kasih maka dia akan masuk surga juga? Belum lagi kalo dibilangkan kalo Yesus itu berkorban untuk manusia agar bebas dari siksaan neraka.

Nah, bayangkanlah kalo kita udah berbuat baik, tapi karena atheis, karena ga Kristen, eh kita malah ga masuk surga? Hehehe, jangan tersinggung, tapi coba kita kritis: bukankah itu artinya kita sudah melecehkan Tuhan yang sudah mengubah diri-Nya menjadi putra manusia, tapi karena ga Kristen, eh, sia-sia deh penyelamatan-Nya?

Sudahlah, yang pasti, enak sekali menjadi Tuhan. Nanti, kalo aku bertanya sama teman Muslim—mudah-mudahan dia berpikiran sempit—kupastikan bahwa dia juga akan bilang kalo Bunda Teresa itu tak masuk surga.

Tapi tahu ga? Ini perlu kubisikkan padamu. Pelan-pelan ya. Ini rahasia kita. Ini kutanya kepadanya sebenarnya karena aku sedang menggoda apakah Tuhan sedang bersemayam di hatinya ato tidak. Nah, kalo dia bilang Bunda Teresa tak masuk surga, itu artinya Tuhan sedang tak ada di sana. Atau, Tuhan di hatinya sudah mati.

Nah, karena Tuhan tak ada di sana, atau karena sudah mati, maka lahirlah tuhan baru. Siapa itu? Ya, dia yang bilang kalo Bunda Teresa ga masuk surga.

Jangan tanya alasannya apa! Sebab, sebagai tuhan tandingan, dia bisa mempertajam pemikirannya yang sempit dengan mengambil ayat-ayat yang bilang kalo ga Islam itu ga masuk surga. Pasti banyak itu berjejer.

Tapi, sembari menunggu orang berpemikiran sempit itu, aku mau tanya dulu padamu: apakah Nabi Muhammad dan Bunda Teresa masuk surga?

Ah??????? Tidak???????

Hehehehe, baiklah. Kini aku udah paham! 
Riduan Situmorang
Pencinta Humor yang Tak Lucu

0 comments: