Melalui tema ini, kita diajak untuk membangun dan mewujudkan perubahan dan pembaruan dalam dua hal. Pertama, menghargai dan menghormati hidup sebagai anugerah yang berasal dan bersumber dari kasih Allah melalui ketekunan, keuletan, dan kesabaran dalam menghadapi tantangan hidup. Kedua, menggali dan menemukan daya kehidupan yang bersumber dari kekuatan Allah untuk menjadi landasan hidup dalam mencapai kesejahteraan hidup lahir dan batin.
Hidup pantang menyerah berarti tidak menyerah pada kesulitan dan penderitaan. Hidup yang tidak menyerah pada yang bersifat sementara. Hal itu dilandasi keyakinan bahwa hidup itu mempunyai nilai abadi karena berasal dari Tuhan. Hidup pantang menyerah berarti seperti para martir dan pahlawan yang memperjuangkan kebenaran dan kesejahteraan bagi banyak orang.
Misalnya saja menjaga, merawat, dan melestarikan bumi sebagai rumah kita bersama, menghargai hak sesama, serta menghemat dan berugahari. Hidup adalah anugerah dari Tuhan. Tanpa anugerah itu kita tidak dapat menikmati apa pun keindahan ciptaan Tuhan ini. Karena itu, hidup harus diperjuangkan supaya berbuah dengan mengembangkannya melalui solidaritas dengan sesama, berani berkorban demi keselamatan orang lain, bahkan berani mengorbankan kepentingan diri agar kesejahteraan umum tercapai.
Paskah mengajak kita berani menjadi saksi kehidupan dengan mengaktualisasi nilainilai Kerajaan Allah. Kerajaan Allah hadir ketika kasih menjadi landasan hidup beriman. Lalu, apa makna dalam Paskah kita kali ini?
*** Di tengah kebuasan sistem birokrasi yang penuh rekayasa dan nafsu, kita diajak merenungkan kembali keimanan kita. Adakah sudah menjelma menjadi daya pendorong bagi kita untuk meningkatkan kepedulian sosial? Dalam Paskah ini kita juga diundang pesta di tengah kepanikan masyarakat yang tidak lagi merasa aman karena hargaharga selalu melambung tinggi.
Di tengah segala ketidakpastian dan harapan, akankah pemilihan umum (pemilu) bisa melahirkan perubahan? Kita diundang pesta di tengah ketidakpastian segala hal. Kita diundang untuk merayakan perjamuan Tuhan. Perayaan perjamuan ialah sebuah kemenangan karena Tuhan tidak membalas tindakan pengkhianatan dengan kekerasan, tetapi dengan cinta kasih. Cinta kasih yang begitu besar yang ada di dalam diri Tuhan itulah yang membuat Ia melakukan tindakan yang sulit diterima akal.
Dia mengundang para murid bukan sekadar merayakan liturgi Paskah. Dia mau menyatakan tindakan para murid itu diampuni-Nya. Dia tahu bahwa di antara mereka ada yang menjadi pengkhianat, bunglon, dan penipu, tapi semua itu disadari Yesus Kristus bahwa kerapuhan para murid tak mungkin disangkal. Yesus sadar dan tahu bahwa saatnya akan tiba. Dia melakukan tindakan yang hina dan hanya akan dilakukan para budak.
Para murid terkejut mengapa semua ini harus diperbuat? Bukankah hal ini tidak masuk akal? Seorang rabi yang memiliki kuasa dan wibawa luar bisa tiba-tiba dia melakukan perbuatan yang hina-dina? Bukankah hal ini pelecehan terhadap sebuah wibawa? Demikian pikir para murid. Namun, dalam Paskah kita belajar bahwa semua bahasa dan perilaku kekerasan dilebur dalam bahasa kasih. Kasih akan menjadi nyata bukan hanya dengan penghalusan kata-kata, melainkan yang lebih penting ialah bagaimana praktiknya dalam realitas sosial.
Kasih adalah sebuah tindakan nyata seperti Tuhan sendiri merelakan harga diri mau menjadi hamba dengan membasuh kaki. Itu bukan sekadar pengakuan bahwa dosa-dosa sudah diampuni. Lebih jauh lagi, jika engkau menyebut diri sebagai murid, engkau harus melakukan hal seperti diperbuat Tuhan. Dalam Paskah kali ini, kita perlu memperjuangkan terwujudnya kasih sebab kasih itu membebaskan manusia dari segala kejahatan!
*** Sebagai insan yang memahami kasih, kita perlu membela wong cilik, membela mereka yang tergusur, membela mereka yang tertindas. Setidaknya hal itu dilakukan dengan cara tidak memilih para politikus busuk serta para pemimpin korup yang tidak mau empati terhadap penderitaan rakyat kecil. Kasih ditegaskan oleh Paus Fransiksus dalam pesannya kepada umat Bulla berjudul ”Misericordiae Vultus” atau ”Wajah Kerahiman”, dimulai dengan mengatakan bagaimana Yesus merupakan ”wajah” belas kasihan Bapa-Nya.
Bulla juga menjelaskan bahwa tanggal pembukaan tahun suci itu, 8 Desember 2015, Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa dan Peringatan 50 Tahun Penutupan Konsili Vatikan II. Tanggal penutupan, 20 November 2016, merupakan Hari Raya Kristus Raja Semesta. Pintu Suci Basilika Santo Petrus dibuka 8 Desember 2015 dan Pintu-Pintu Kudus Basilika Kepausan lain dibuka pada harihari berikutnya.
Bapa Suci juga meminta agar setiap keuskupan di seluruh dunia membuka pintu kerahiman yang sama sebagai tanda persekutuan dengan gereja dan sebagai cara untuk perayaan lokal Yubileum itu. Paus Fransiskus menyebut pihak-pihak tertentu yang secara khusus diundang untuk menjalankan pertobatan antara lain para pelaku danorganisasi-organisasi kriminal, para koruptor, dan orang-orang yang menjadikan uang sebagai berhala baru.
Kita semua pun diajak untuk bertobat, memperbarui haluan hidup, dan mewujudkannya dalam tindakan nyata. Seperti orang banyak di dalam kisah Injil, kita diajak untuk selalu berbagi kehidupan (Luk. 3:10- 11); seperti para pemungut cukai kita diundang untuk mengembangkan sikap hidup yang tulus dan jujur dalam menjalankan tugas (ayat 12-13); seperti para prajurit kita dituntut untuk tidak pernah menggunakan kekerasan dalam bentuk apapun demi tujuan apa pun (ayat 14).
Apa pun yang baik dapat kita lakukan untuk mewartakan kerahiman Allah yang membaharui kehidupan. Itulah yang kiranya dimaksudkan oleh Rasul Paulus dengan mengatakan ”Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang” (Flp. 4:5).
Paskah mengembalikan wajah manusia kerapkali hidup di lingkaran dosa, dan membiarkan orang miskin tetap miskin, karena struktur kekuasaan yang menindas orang kecil dengan kebijakan yang selama ini dimanipulasi demi menguntungkan pihak tertentu. Saatnya kita tidak boleh menyerah ke kejahatan, tetapi mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Itulah Paskah sejati.
Benny Susetyo PR
Koran Sindo, 26/03/2016
Koran Sindo, 26/03/2016
Rohaniwan
0 comments:
Post a Comment