Saturday, 27 February 2016

Anggur

Hasil gambar untuk anggur ahrweilerCintaku di Istanbul

di pagi yang kecut
hatiku semakin kepincut
mendengar deru-deru laut
oh, rindu semakin memagut

dengan apa kau kugambarkan?
seumpama laut atau badai

di Instanbul, kota yang dikepung kepul-kepul embun
izinkan aku menjadi lautmu
diterjang badai demi badai
aku tetap menjadi lautmu yang terguncang-guncang
sebab badai dan laut adalah kita
Instanbul, 17 September 2015
Anggur Arhweiler
di sudut desa Arhewiler
rinduku menggebu pada debu
pada kemacetan yang mendengus
pada keramaian yang menggemuruh
pada kesemrawutan yang tak berbatas

di sudut Desa Arhweiler ini
di tengah kebutan rindu dan dendam
kuteguk anggur setua-tuanya
dia memabukkan
: mengingatkanku pada asalku
oh, negeriku yang riuh gemuruh
tiba-tiba aku ingin pada teriakanmu
memekakkan nalar, memantik hatiku

di Arhweiler ini, aku memutuskan mabuk
oleh anggur setua-tuanya
demi mengenang negeriku
dan sejuta puing-puing mimpi
Arhweiler, Jerman, 19 September 2015

Dari Sudut Kota Koln
di dinding kamarku, Rendra menyapa
“Nyamperin matahari dari satu sisi
memandang insan dari setiap jurusan”

kasur ini, katamu, pernah menjadi alas kepala Rendra
aku terkesima
sudahkah sekian jauh kakiku terseret-seret waktu?
sudahkah mimpi menjadi pagi?

Koln, hanyalah kota taburan mimpi
menjengukku di antara sejuta ikan-ikan liar
di perutmu yang mengguncang

dari sudut Kota Koln
aku memilih tersenyum
bilakah mimpiku ditelan malam
atau dimuntahkan pagi?

Koln semakin sejuk
matahari hanya sebelah
manusia sibuk dengan jurusannya
maka aku sibuk bercumbu dengan mimpiku
Koln, Jerman, 23 September 2015
Petualang
: Untuk Sitor Situmorang
antara Arhweiler dan Koln
kami membisiki namamu
entah kenapa tiba-tiba puisimu mendengung
di pagi yang berurut itu

oh, lelaki yang kini terbujur di pelukan ibu
kamu adalah petualang sejati
berperang di negeri orang
diperangi di tanahmu

puisi ini untukmu
aku paham, kata-kata ini tak berjiwa
waktu ini tak berkejadian
tapi di tengah jepitan huruf dan bunyi
di tengah kuyupan waktu dan ruang
kau berpetualang
: memergoki roh
: meneriaki peristiwa
Koln, Jerman, 23 September 2015

Imigran
imigran adalah anak-anak Tuhan
tersesat pada daun-daun
diterbangkan dari ranting-rantingnya
dipungut petugas
diinjak kaki-kaki bengis
dibakar dan dibusukkan

imigran adalah anak-anak Tuhan
apakah kita adalah iblis?
lalu sampai hati kita membasminya?
Nunberg, Jerman, 29 September 2015
Riduan Situmorang


Pegiat Sastra dan Budaya di PLOt Medan, sudah berkali-kali memenangi lomba penulisan sastra.

0 comments: