Saturday, 26 March 2016

Membantu Mengakhiri Epidemi TB

Hari Tuberkulosis (TB) Sedunia yang diadakan setiap 24 Maret mengingatkan kita semua tentang epidemi global TB dan upaya pembasmian penyakit tersebut.
Pada Hari TB Sedunia, 24 Maret 2016, WHO menyerukan untuk ”Bersatu Membasmi TB” (”Unite to End TB ”) dan mengingatkan kita bahwa pada 24 Maret 1882 Dr Robert Koch menemukan penyebab penyakit TB yaitu bakteri Mycobacterium tuberculosis . Saat Dr Koch mengumumkan penemuannya di Berlin, waktu itu TB mewabah di seluruh Eropa dan Amerika, bahkan menyebabkan kematian satu dari setiap tujuh orang penderitanya. Bagaimana permasalahan TB tahun ini?

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular sebagai penyebab kematian tertinggi di seluruh dunia. Pada 2014 sekitar 9,6 juta orang menderita TB dan 1,5 juta meninggal. Lebih dari 95% kematian akibat TB terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, dan TB juga salah satu dari lima penyebab kematian bagi perempuan usia subur yaitu 15 sampai 44 tahun yang berdampak pada bayi dan anaknya.

Pada 2014 diperkirakan 1 juta anak sakit TB dan 140.000 anak meninggal. Pada 2014 jumlah terbesar kasus TB baru terjadi di 22 negara Asia Tenggara dan Pasifik Barat yaitu mencapai 58% dari kasus baru secara global. Pada 2014 sekitar 80% dari kasus TB yang dilaporkan terjadi di enam negara yaitu India, Indonesia, Nigeria, Pakistan, Tiongkok, dan Afrika Selatan.

TB adalah penyakit yang dapat diobati dan disembuhkan. Penyakit TB aktif, yang peka terhadap obat, dapat disembuhkan dengan lama pengobatan enam bulan, menggunakan empat obat antimikroba standar yang disediakan dengan informasi, serta pengawasan dan dukungan kepada pasien oleh petugas kesehatan atau sukarelawan terlatih. Tanpa dukungan tersebut, kepatuhan terhadap keteraturan pengobatan akan sulit dan penyakit ini dapat menyebar.

Sebagian besar kasus TB dapat disembuhkan apabila obat-obatan yang disediakan digunakan dengan benar. Pada periode 2000 dan 2014 diperkirakan 43 juta jiwa telah diselamatkan melalui prosedur diagnosis dan pengobatan TB yang baik. Setidaknya sepertiga dari orang yang hidup dengan HIV di seluruh dunia pada 2014, juga terinfeksi bakteri TB, sehingga mereka 20 sampai 30 kali lebih mungkin untuk berkembang menjadi TB aktif, dibandingkan orang yang tanpa HIV.

Bahkan, HIV dan TB membentuk kombinasi penyakit yang mematikan, masingmasing mempercepat keparahan yang lain. Pada 2014 sekitar 0,4 juta orang meninggal karena TB terkait HIV dan sekitar sepertiga dari kematian di antara orang HIV positif tersebut terbukti karena TB. Pada 2014 diperkirakan ada 1,2 juta kasus baru TB di antara orang-orang yang HIV positif. Standar obat anti-TB telah digunakan selama beberapa dekade dan resistensi terhadap obat telah tersebar secara luas.

Strain bakteri yang resisten terhadap obat anti-TB tunggal telah didokumentasikan di hampir setiap negara. Multidrug- Resistant Tuberculosis (MDRTB) adalah bentuk TB yang disebabkan oleh bakteri yang tidak musnah, setidaknya terhadap isoniazid dan rifampicin , 2 jenis obat anti-TB yang paling kuat dan lini pertama atau standar. Penyebab utama dari MDR-TB adalah pengobatan yang tidak prosedural, penggunaan dosis obat anti-TB yang salah, atau penggunaan obat yang berkualitas buruk.

MDR-TB dapat diobati dan disembuhkan, tetapi harus menggunakan obat anti-TB lini kedua yang pilihan pengobatannya terbatas dan bahkan mungkin tidak selalu tersedia. Selain itu, periode pengobatan yang diperlukan juga lebih lama, mencapai dua tahun pengobatan, lebih mahal, dan dapat menyebabkan reaksi obat yang merugikan pasien.

Dalam beberapa kasus, resistensi obat yang lebih parah dapat berkembang menjadi Ekstensif Resistant Tuberculosis (XDR-TB), adalah bentuk TB yang resistan terhadap lini kedua obat anti-TB yang paling efektif. Sekitar 480.000 orang telah berkembang menjadi MDR-TB di dunia pada 2014. Lebih dari setengah dari kasus ini berada di India, Tiongkok, dan Rusia. Diperkirakan bahwa sekitar 9,7% dari kasus MDR-TB menjadi XDR-TB.

*** Sejak 2016 ini, mengakhiri epidemi TB merupakan salah satu target kesehatan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) periode 2016-2030 dan ”End TB Strategy” oleh WHO periode 2016-2035. ”End TB Strategy” yang diadopsi oleh Majelis Kesehatan Dunia pada Mei 2014 adalah peta jalan bagi semua negara untuk mengakhiri epidemi TB dengan menekan kejadian dan kematian TB, bahkan menghilangkan biaya bencana (catastrophic costs).

Target global adalah mengurangi kematian TB sebesar 90% dan untuk menekan kasus baru sebesar 80% pada 2015 - 2030, dan untuk memastikan bahwa tidak ada keluarga dibebani dengan biaya bencana akibat TB. Strategi ini memiliki tiga pilar strategis yang secara efektif akan mengakhiri epidemi yaitu pilar 1: pencegahan dan perawatan pasien terintegrasi; pilar 2: kebijakan kesehatan yang berani dan mendukung sistem; dan pilar 3: penelitian dan inovasi yang intensif.

Keberhasilan strategi akan bergantung pada empat prinsip utama yaitu apakah negara melaksanakan intervensi berikut: monitoring dan evaluasi dengan akuntabilitas baik, koalisi yang kuat dengan organisasi masyarakat sipil, perlindungan dan promosi hak asasi manusia, etika dan ekuitas, serta adaptasi strategi dan target di tingkat negara dengan kolaborasi global.

Saat ini kita berada di jalur yang benar untuk mencapai target TB global dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) periode 2016-2030 dan ”Bersatu Membasmi TB” (”Unite to End TB ”). Sudahkah Anda terlibat membantu?

FX Wikan Indrarto
Koran Sindo, 26/03/2016
Dokter Spesialis Anak di RS Bethesda Yogyakarta, Alumnus S-3 UGM  

0 comments: