Tetapi, apakah sudah selesai dengan satu hari acara selebrasi lalu kita tunggu lagi tahun depan untuk perayaan lainnya? Tentu saja tidak. IWD lebih dari sekadar selebrasi satu hari. Lebih dari itu, IWD ada dalam kalender adalah untuk merayakan prestasi-prestasi para perempuan dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial; ini adalah momen untuk ikut berbangga akan kemajuan yang telah ditunjukkan oleh masyarakat kita, sementarakitatidakakanpernah mengalihkan pandangan dari tantangan-tantangan ke depan.
Perjuangan untuk kesetaraan gender adalah universal. Dan, ini membutuhkan banyak sekali komitmen dari laki-laki seperti dari perempuan. Bagi saya, IWD adalah kesempatan untuk merefleksikan bagaimana kita bisa bekerja bersama untuk melanjutkan upaya menutup kesenjangan antara laki-laki dan perempuan. Dan, ini termasuk di dalamnya adalah kesempatan untuk merefleksikan mengapa perjuangan ini penting bagi semua, baik laki-laki maupun perempuan.
Dengan kesempatan yang setara untuk berhasil, anakanak perempuan ternyata lebih berprestasi dibandingkan dengan anak laki-laki dalam banyak indikator di sekolah. Bisnis yang dikelola perempuan cenderung menghasilkan kinerja keuangan yang lebih kuat dibandingkan yang dipimpin laki-laki. Dan, sekarang semakin diakui juga bahwa keterlibatan perempuan sangat penting dalam resolusi konflik dan proses penciptaan perdamaian.
Di Indonesia perempuan adalah pemilik dari hampir seperempat (23%) keseluruhan jumlah usaha kecil menengah (UKM), dan menariknya, jumlah UKM milik perempuan meningkat 8% setiap tahunnya. Laporan 2013 dari Asia Foundation menunjukkan bahwa UKM yang dimiliki wanita cenderung menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dan bahwa para perempuan pemilik usaha cenderung lebih tech savvy atau canggih dalam urusan teknologi dibandingkan pemilik usaha laki-laki dalam konteks kesadaran akan kegunaan teknologi dan bagaimana mereka memanfaatkan kemajuan teknologi dalam bisnis mereka.
Perempuan Indonesia secara khusus adalah entrepreneur yang hebat. Menurut survei 2015 yang dilakukan Organization for Economic Cooperative Development (OECD) atau Organisasi Kerja Sama Pembangunan Ekonomi, lebih dari 60% perempuan Indonesia akan mengambil risiko memulai bisnis baru dibandingkan dengan bekerja untuk orang lain—dua kali lipat lebih besar dari rata-rata OECD. Namun, memang masih sangat banyak yang harus dilakukan. Wirausaha wanita acapkali menemui lebih banyak kesulitan untuk mengakses modal yang dibutuhkan untuk memulai satu bisnis baru.
Selama empat tahun ke depan prakarsa Pemerintah Australia yang bertajuk ”Investing in Women” (Berinvestasi Pada Perempuan) akan bekerja dengan sektor swasta Indonesia untuk mencoba dan menjawab persoalan-persoalan yang memengaruhi akses untuk finansial bagi wirausaha wanita dan memperkuat peluangpeluang yang setara bagi perempuan di tempat bekerja.
Secara global kesenjangan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan masih tetap ada. Sebagai contoh, di Australia pada 2015 masih ada 8,5% kesenjangan. Sebagai negaranegara anggota G-20, baik Australia maupun Indonesia memiliki komitmen untuk mengurangi kesenjangan ini sebanyak 25% pada 2025. Kita mengetahui dengan peluang yang sama, anak-anak perempuan bisa berprestasi sebaik anak-anak laki-laki dalam banyak kasus, malah jauh lebih baik.
Jadi, kesenjangan yang ada antara laki-laki dan perempuan dalam soal gaji dan kemakmuran bukan dan tidak bisa menjadi produk dari merit (perhitungan jasa, prestasi), kemampuan, atau keterampilan. Dalam benak saya, pemikiran ini berakar dari cara berpikir usang tentang peran masingmasing laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Hasil akhir dari pemikiran ini sudah jelas: di negara-negara dengan tingkat diskriminasi gender harus membayar biaya yang luar biasa tinggi dalam pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, lemahnya tata kelola dan standar hidup.
Di antara negara-negara APEC—yang lagi-lagi termasuk Indonesia dan Australia -diperkirakan kita bisa kehilangan sebesar USD89 miliar setiap tahun karena masih ada peng-halang- penghalang partisipasi penuh para perempuan di angkatan kerja yang ada. Keuntungan secara global dari peran serta yang setara untuk laki-laki dan perempuan diperkirakan sekitar USD1,5 triliun atau setara dengan 2% peningkatan pendapatan kotor (GDP) global.
Kesetaraan gender sungguh layak diperjuangkan. Tetapi, kita membutuhkan lebih dari sekadar menghilangkan penghalang- penghalang formal. Untuk benar-benar membuka potensi ekonomi dari situasi ini, kita harus mulai dari menghilangkan stereotipe yang masih saja ada mengenai peran-peran lakilaki dan perempuan di rumah dan di tempat kerja.
Kita berbeda - sebagaimana layaknya dua orang, tetapi semua perbedaan tersebut tidak boleh pernah menjadi penghalang untuk sukses.
Paul Grigson
Koran Sindo, 11/03/2016
Koran Sindo, 11/03/2016
Duta Besar Australia untuk Indonesia @DubesAustralia
0 comments:
Post a Comment