Tuesday, 23 February 2016

Bakara


Hasil gambar untuk desa bakaraOh, Parbaba
kala itu, matahari dikebut kabut
sedang aku dikepung rasa putih

terjepit di antara kerinduan dan dendam

dan marah mulai membenih

saat itu….



di masa lain, matahari tak lagi berkabut

aku membakar puncak-puncak marah

pada butir-butir pasir yang membuncah wajahmu



ah, aku dikepung kesunyian

di Parbaba, pada sebuah sore, kuingat sore lain

rinduku terbakar

aku pun terkapar

Parbaba, 23 Desember, 2015


Burung dan Langit
aku semakin mencintai burung
megap-megap menampar langit’

menabur angin-angin patah

berkejaran dengan rinai-rinai hujan



aku semakin merindu langit

di sekujur tubuhnya ada kepak-kepak burung

memagut gerak, mencumbu diam

hingga langit ditawan malam

burung pun letih mengecup langit

dan kita menanti cerita-cerita baru

setelah malam kembali terguling

Parbaba, 23 Desember, 2015


Di Sekujur Jasadku
lihatlah jasadku dengan matamu yang purnama
ada hati yang dikecup sunyi

ada mata yang berbuih

ada jiwa yang kosong



dan  kau masih membungkus senjaku

di tepian hari yang rahasia

 engkau menggeliat pelan

di mataku. di hatiku. di nadiku

oh, kaulah jasadku

tak bisakah kita mendulang rindu?

Harian Boho, 23 Desember, 2015


Tuhan di Pihak Kita
berkali-kali aku mendulang ancaman. tentangmu!
aku memilih teguh

melambai pada pagi yang tak kecut

mengadu pada Tuhan yang purba



lagi-lagi aku mendulang ancaman. tentangmu!

aku tetap memilih teguh

tanpa kebencian yang terpapar



aku tahu, desahmu menjadi napasku

maka tunggulah malam memuntahkan pagi

di sana Tuhan memilin sabda

kita akan terikat pada merpati yang putih

dan, kita akan meneriaki ular-ular yang licik

sebab, bukankah Tuhan di pihak kita?

Doloksanggul, 25 Desember 2015


Dari Bakara
dari rumah ke Bakara
ada biji-bijian berkah

ada puing-puing lara



di sekujur jalan menuju ke sana

kumelihatmu berlumur dengan anganku

lagi-lagi, menyembul dalam lara



lalu, di sebuah siang yang menukik, di Aek Sipangolu

pada seluruh tetes-tetesnya

kuselipkan kata-kata suci

di sana, namamu dan namaku menjadi hidup



ah, marilah saling memahami

sebab, di akhir lara selalu ada berkah

di ujung mencintai tak selalu membenci

masihkah kita menimbun benci?

Bakara, 27 Desember, 2015

0 comments: