Sunday 13 March 2016

Gerrrhana

Ini tidak salah ketik. Saya menuliskan sebagai Gerrhana, dengan rrr tiga, karena gerrr sendiri sudah langsung menunjukkan sesuatu yang lucu, ada humor. Dalam hal ini humor tentang gerhana. Saya kadang kesengsem, tertarik dengan permainan kata. Dulu saya memakai istilah sinetron, singkatan dari sinema eletronik. Lalu anak turunannya menjadi sinehong—sinetron dari Hongkong. Gerrrhana mungkin tidak akan menjadi bahasa yang sering diistilahkan, karena jarang terjadi.
Kalau mau dibedakan, orang yang menjadi bahan humor, menjadi obyek, tak harus dalam kostum sebagai pelayan, sebagai jongos, sebagai batur, sebagai kasta pidak pedarakan. Orang dengan kelas sosial yang paling tersisih di antara yang tercecer. Kini obyek itu bisa berseragam wakil rakyat, atau dalam sosok menteri, wakil atau bahkan presiden. Bisa pula situasi dan kondisi tertentu, peristiwa yang sedang hangat. Pemilihan materi humor pada situasi dan kondisi dan atau situasi tertentu ini, merupakan jenis yang baru, lucu, dan kadang juga haru.
Karena di daerah terjadi ketidak-adilan dalam menyaksikan Gerhana Matahari total 2016, mohon kiranya gerhana tersebut diulang. Jenis ini tetap mengandung unsur mengejutkan, yang merupakan syarat terjadinya humor, menurut Pak Teguh Srimulat, yaitu permintaan agar :gerhana matahari total, GMT,bisa diulang. Sesuatu yang sangat tidak mungkin, karena gerhana matahari total bukanlah pilkada atau pemilu di daerah tertentu.
Dan memang terkait dengan kejadian sebenarnya soal pilkada yang di beberapa tempat diulang. Kekesalan, rasa kurang puas pada penyelenggaraan pilkada, yang tak selalu tertuju pada penyelenggara atau calon yang dipilih, atau Negara sekalipun,tersampaikan ketika ada peristiwa GMT. Saraf tawa kita tergetar mana kala kejutan dari yang tak mungkin sempat menumbuhkan kepekaan untuk menangkap materi tersebut menjadi sesuatu yang lucu.
Zaman Presiden Soeharto ada Gerhana Matahari Total. Juga di era Presiden Jokowi. Lalu presiden-presiden yang lain ngapaian saja selama ini? Jenis ini menurut saya (orang lain tak usah menurut tak apa) adalah jenis yang “86”, jenis yang aman, tidak membully, tidak juga mengorbankan atau menyudutkan seseorang atau banyak orang, tidak juga menjelek-jelekkan situasi tertentu.
Tidak juga mengunggulkan Presiden Soeharto dan Presiden Jokowi atas presiden yang lain, karena memang GMT tak ada hubungannya dengan kuasa presiden mana pun. Dan kalau jenis ini, jenis yang “aman tanpa makan korban”, yang “nggeguyu tanpa ngasorake”, yang aman—yang dalam bahasa anak gaul disebut chill, tak ada apa-apa,tanpa cedera yang lebih berkembang, benar-benar pencerahan baru tengah terjadi. Dalam keberadaan seperti inilah humor viral lahir, berkembang, dan dikutip oleh media-media yang selama ini sudh dikenal, dan terus berkomunikasi dengan dinamika besar yang dimiliki.
Bersamaan juga dengan dunia media sosial yang penuh informasi, penuh caci maki, penuh ludah dan lidah, humor jenis ” Gerhana yang gerr tanpa perlu ada yang dikorbankan”, tanpa harus ada korban tertentu dan tetap gerrr, menawarkan sesuatu yang tetap berharga, ketika kebebasan menjadi segalanya.
Ternyata dalam berhumor kita bisa menjaga diri untuk tidak merendahkan kawan lain, tidak “menjatuhkan”—kadang pengertian sebenarnya, melainkan bersikap cerdas. Dan tetap gerrr. Contoh humor Gerrrhana Muhammadiyah dan Nadlatul Ulama sepakat gerhana matahari berlangsung 9 Maret 2016. Masih dengan tema gerhana, juga muncul tulisan dan atau meme seperti di atas. Mau tak mau kita tersenyum, diingatkan bahwa ada kalanya Muhammadiyah dan Nadhatul Ulama, berselisih soal waktu yang tepat dimulainya berpuasa—dan juga berakibat kapan merayakan Lebaran.
Kadang ini berlangsung beberapa tahun berturut-turut. Sehingga kita hapal dengan kemungkinan perbedaan pendapat dalam penetapan waktu. Varian lain yang dimunculkan, misalnya jenis humor yang juga menuliskan kesepatan kedua ormas terbesar ini, dalam menetapkan hari saat 17 Agustus misalnya. Sama seperti varian yang lain, justru tidak ada hubungan menetapkan ini, menjadikan sesuatu yang lucu. Hati-hati saat melihat GMT, Nampak bayangan mantan. Ini juga lucu, menarik, dan tidak menyudutkan siapa pun, karena mantan (pacar, pasangan), bisa berate luas dan tidak menyebutkan secara spesifik.
Pacaran itu seperti gerhana, nunggunya lama, kejadiannya singkat. Gambar atau meme antara aku (bumi) dan kamu (matahari), yang terhalang oleh mantan (bulan). Bahkan ini sangat infromatif dan karenanya mudah dimengerti, karena memakai idiom soal pacaran, soal mantan dan hubungan percintaan. 
Arswendo Atmowiloto
Koran Jakarta, 12/03/2016
Budayawan 

0 comments: